Friday, February 12, 2010

Bankir

Apa yang nampak dari pertemuan sekelompok bankir? Jas mahal, pastilah itu. Ada lagi, jam tangan dan perangkat tulis bermerk kelas atas.
Suara apa yang terdengar dalam pertemuan sekelompok bankir? Yang sangat jelas adalah tawa yang lepas. Ha..ha...ha... dan hi...hi....hi... akan mendominasi gelombang suara yang dapat ditangkap telinga. Ada lagi, prospek bisnis dan tukar informasi mengenai nasabah kakap dan isu transaksi derivatif, tapi, itu tak begitu pentinglah, nanti saja dibahas di ruang rapat sambil sedikit mengantuk dan bisa juga sambil memantau email laporan dari bawahan di masing-masing kantor. Terus apa yang penting? Lapangan golf tentu saja. Sudah coba lapangan golf sana belum? Rumputnya tak rata. Lapangan golf yang di situ, luar biasa sulit dipahami. Dimana main golf? Kalau itu bankir lokal, yang terdengan mungkin sekedar Nusa Dua atau tempat golf lainnya di dalam negeri. Kalau yang kumpul bankir nasional papan atas, suara yang terdengar adalah lapangan golf di suatu negeri di seberang benua....
Kapan mereka bekerja? Oh, jangan naif begitu. Mereka dibayar mahal karena kemampuannya untuk memandang jauh ke depan. Coba bayangkan tarif kita untuk bertransaksi dengan peramal terkenal, mahal sekali bukan. Apalagi ini, para futurist yang menentukan masa depan perekonomian bangsa. Kalau pekerjaan teknis rutin, itu bukan cakupan tugas mereka.
Aroma apa yang tercium dalam pertemuan para bankir? Parfum lembut dan mahal, itu pastilah. Apalagi kalau di antara para bankir itu ada kaum per-empu-an. Tapi, yang lebih pasti lagi, di situ bisa dirasakan aroma makanan yang maha lezat. Tentu saja bukan makanan angkringan yang seratus ribu bisa untuk makan 15 orang. Kalau mereka bankir papan atas, setidaknya tiga ratus sampai lima ratus ribu rupiah perorang, tapi kalau hanya bankir kelas lokal, mungkin berkisar seratus sampai tiga ratus ribu rupiah, untuk sekali makan.
Pakai jas di negara tropis, apakah tidak panas dan gerah? Panas dan gerah, itu di luar sana. Di dalam ruang pertemuan, tentu saja sangat dingin. Dalam kendaraan, mobil sedan itu dilengkapi dengan pengatur suhu udara yang terbaik. Bankir lokal maupun nasional, tak akan mampu memikirkan masa depan keuangan perusahaan apalagi keuangan negara apabila udara panas dan gerah.
Jadi, nyaman sekali hidup bankir? Oh.. itu hanya kelihatannya saja. Orang bilang rumput tetangga lebih hijau. Coba, lihat, kadang mereka iri melihat para buruh tani dan buruh bangunan yang bisa dengan lelapnya tidur siang antara saat istirahat mereka. Kadang mereka makan di angkringan pinggir jalan, karena iri dengan kenikmatan makan sambil berkeringat dan sambal yang pedas, bumbu masak yang bertumpuk, dan tempat makan yang kumuh.
Dan, mungkin di antara mereka ada yang menangis, membaca berita seseorang yang diadili karena dituduh mencuri kaos yang telah dibuang di pinggir jalan. Atau menangis saat membaca berita anak sekolah mengakhiri hidupnya karena malu menunggak uang sekolah. Atau mungkin mereka menangis, melihat satu keluarga suami istri dan dua anak kecil berboncengan penuh tawa dengan sebuah vespa tua, sambil membawa kail.
Yang pasti, ada diantara mereka yang kerap menangis, melihat kenyataan ketidakadilan ekonomi di negaranya, tapi hanya mampu merasakan, tanpa mampu berbuat apapun.

No comments: