Setiap kita, pasti pernah merasakan kegelisahan, keresahan. kegalauan, apapun istilahnya, intinya adalah rasa tak nyaman yang membuat dada terasa penuh sesak. Seorang teman menulis di blognya tentang kegelisahan yang membuat dia tidak fokus. Kegelisahan, rasa yang selalu datang dengan tiba-tiba, tanpa diharapkan.
Mengapa kegelisahan muncul? Mengapa jiwa menjadi resah? Mengapa hidup harus melalui situasi-situasi yang tidak menyenangkan?
Kegelisahan adalah instink mahluk hidup, yang menyatakan adanya sesuatu yang tidak sesuai dengan yang semestinya, entah itu baik ataupun buruk. Hewan-hewan gelisah ketika bencana alam akan datang, dan kegelisahan tersebut mendorong migrasi hewan secara besar-besaran. Ribuan burung berwarna putih terbang beberapa saat sebelum bencana alam, mereka menyelamatkan diri.
Kegelisahan muncul dari jiwa-jiwa yang terasah. Jiwa yang dapat merasakan "sakitnya" mahluk lain. Jiwa yang dapat mendengarkan dalam kesenyapan. Jiwa yang dapat melihat dalam kegelapan. Jiwa yang belum dipenuhi dengan keserakahan. Kegelisahan akan mendorong manusia untuk mengenangkan Sang Pencipta, dan mengadahkan tangan untuk, paling tidak, memohon ampun atas segala kesalahan yang telah diperbuat.
Kegelisahan akan menghasilkan ketakutan apabila muncul dari jiwa yang kosong, jiwa yang tidak pernah mendengar suara hatinya atau jiwa yang hanya memikirkan kenikmatan sesaat.
Ribuan jiwa menjadi resah karena bencana alam, ribuan hati menangis, tapi apakah kita pernah merasakan kegelisahan itu?
Seorang budayawan menulis dialog imajiner dengan Kyai Sudrun, dan memprotes, mengapa bencana harus diturunkan di tempat orang-orang yang beribadah dengan khusuk, bukan di tengah keserakahan yang tak berhenti. Kyai Sudrun bertutur, "Tuhan memberkati mereka yang menjadi korban, dengan menyelamatkan mereka ke kehidupan kekal yang indah." Apakah ini berarti, kita yang tersisa, adalah manusia yang dimurkai Sang Pencipta? Diberkati usia yang lebih, agar, setidaknya, pernah berdoa untuk mohon ampun, dan sedikit janji untuk tidak mengulangi kenistaan yang selama ini diperbuat.
Tetapi, kenyataan hidup selalu bicara lain. Diberbagai tempat manusia hiruk pikuk memberikan bantuan, dengan pemberitaan yang mencolok. Nothing to loss atau nothing tu - lus. Karena kita hanya memiliki jiwa yang takut, bukan jiwa yang gelisah. Karena kita tak pernah mengasah jiwa. Karena kita belum mampu melihat dalam kegelapan, mendengar dalam kesenyapan, dan merasakan dalam ketiadaan.
Tuhan, berkatilah kami, berikanlah sedikit kepekaan pada kami, jadikanlah kami dengan jiwa yang dipenuhi kegelisahan bukan ketakutan.
No comments:
Post a Comment