Apakah waktu itu nyata, ataukah waktu hanya sekedar ruang imajiner yang diciptakan manusia? Apakah ruang itu ada? Ataukah ruang hanyalah sebuah imaji manusia tentang tempat keberadaannya? Ataukah waktu adalah dimensi dari ruang yang selalu berubah, tetapi kita tidak mampu memahaminya?
Manusia, mungkin karena belum cukup mampu untuk menyatakan sebuah waktu (menjadikan waktu sebagai sesuatu yang nyata), akhirnya memilih jalan yang sangat sederhana. Dibuatlah satuan-satuan berdasarkan putaran bumi mengelilingi matahari dan putaran bumi terhadap porosnya. Kemudian manusia mendefinisikan hari untuk setiap putaran bumi atas porosnya, dan tahun atas tiap putaran bumi terhadap matahari. Apakah sesungguhnya waktu? Kecuali suatu yang berubah dan tak dapat dikembalikan kembali. Aku yang detik ini menulis, bukan aku yang detik tadi memulai tulisan ini. Ada yang berubah. Secara fisik ada sel-sel yang rusal dan sel-sel tumbuh baru. Pikiranpun berubah. Karena itulah, mungkin saja waktu adalah sekedar suatu imaji tentang perubahan, yang tak mampu ditelaah oleh akal pikiran manusia karena manusia hanya mampu melihat alam dalam wujud fisik.
Waktu ini, aku telah mengalami perubahan dari ketidaksadaran, menjadi aku yg sekarang termasuk di dalamnya mengalami 43 kali putaran bumi mengelilingi matahari. Waktu ini, bangsa Indonesia telah mengalami perubahan dari ketiadaan menjadi sebuah imaji tentang suatu negara.
Maka, karena waktu pula, maka sesungguhnya aku tak akan pernah mendengar bunyi dawai yang sama, karena bunyi biola yang kemarin tentu berbeda dengan bunyi biola yang hari ini. Tak akan ada yang pernah sama.
No comments:
Post a Comment