Tuesday, June 07, 2011

Matahariku.....

Kadang kita memang terlalu sentimentil memandang kepada yang muda merasakan detik yang lewat.
Lihatlah mereka yang berpegangan erat dengan sepeda motor, mungkin hendak berangkat kuliah sambil merencanakan kegiatan nanti sore, mungkin juga membayangkan sepiring nasi goreng di depan Purna Budaya, ketika pulang dari perpustakaan.

Bukankah sudah aku katakan, nasi goreng di depan Purna Budaya itu sekarang sudah tak ada lagi. Tapi racikan bumbu bawang putih yang keras dan udang-udang kecil yang lembut serta potongan bakso di sela-sela nasi itu masih ada dalam ingatanku, begitu jawabmu
Dulu, jalan itu begitu senyap. Hanya beberapa pedagang hingga kau temukan selokan yang lebar itu. Ada hutan, yang ketika engkau melaluinya di malam hari, akan kau rasakan beda temperatur yang jelas sekali. Engkau akan menarik kerah jaketmu lebih ke atas dan menyilangkan tangan di dada, hendak mengusir dingin. Bukan dingin yang sedih tentu saja, karena sekalipun itu ada gerimis dan bahkan hujanpun, engkau akan tetap tertawa meriah.

Kemudian, pada suatu ketika yang kita masing-masing tak saling tahu, engkau memutuskan jalanmu, dan akupun memutuskan jalanku. Membatasi hati kita pada sebuah ikatan yang kita buat. Untuk masa depan yang lebih baik, begitulah kata mereka menasehati kita.

No comments: