Hidup
manusia, seperti jemari tangan, bermula dari kanak-kanak dan diakhiri dengan
mpu jari. Pencerahan demi pencerahan mendorong manusia berproses sesuai dengan
tahapan yang dilalui. Masa kanak-kanak adalah masa yang penuh kegembiraan,
tanpa tanggung jawab kecuali untuk dirinya sendiri, belajar segala hal,
memahami segala hal. Ketika mengijak remaja, dunia menjadi manis. Hanya ada
dunianya sendiri. Masa muda dilewati dengan kesombongan. Merasa ilmunya paling
tinggi sendiri. Kalau dia berlatih beladiri, pastilah dia melupakan makna bela
diri itu sendiri, kecuali, serangkaian latihan untuk menjadi yang terkuat. Setelah itu, karir kehidupan makin meningkat,
maka mulailah main tuding. Tunjuk sana-sini, tuding sana-sini, perintah
sana-sini….
Apakah
meraih kebahagiaan? Pasti tidak, karena sesuatu yang berasal dari wadah kasar tak
akan memberikan kebahagiaan sempurna. Kalau tidak terlambat menyadari
ketidakbahagiaan itu, beruntunglah manusia, karena, dia akan memasuki alam
spiritual yang membawakan kebahagiaan sejati. Penempaan diri fase terakhir,
menjadi seorang mpu. Seorang yang menurut Gede Prama, meletakkan saklar
kebahagiaannya di dalam hatinya sendiri, bukan di luar diri. Bila tahap ini lulus, seseorang memasuki
tahapn mpu. Hanya mpu yang bisa menghadirkan kembali setiap kehidupan yang
telah lewat, menjadi sebuah kebahagiaan. Cobalah kelingking sampai telunjuk
[anak-anak sampai pejabat tinggi yang ahli tunjuk], apakah mereka bisa meraih
kebahagiaan sang mpu [menyentuhkan jarinya pda ibu jari]? Tak akan.
Hanya Ibu jari
[mpu], mampu meraih semua jemari yang lain, kecuali dirinya sendiri. Karena dirinya
sendiri adalah bukanlah miliknya. Seorang mpu sekalipun hanyalah wadah, yang
menjalankan peran dari sang Kuasa.
Karena itu,
benarlah kita menggunakan per-empu-an untuk menghormati mereka yang membawa
tugas suci melahirkan generasi terbaik. Per-empu-an, yang membawa semua sifat
kebahagiaan lahir dan jiwa.
No comments:
Post a Comment