Saturday, December 17, 2005

Dinda Bestari Posted by Picasa
Bestari adalah kematangan jiwa. Ketika engkau menjadikan jalan ilmu pengetahuan dan jalan kebijakan dalam satu langkah. Bestari adalah kematangan berpikir, ketika engkau menyatakan dirimu dalam suatu langkah yang telah engkau tahu pengaruhnya bagi lingkunganmu.

Saturday, November 26, 2005

Pertemuan

sebuah pertemuan terjadi tidak begitu saja, meskipun semua bermula dari ketidaksengajaan ketika perjalanan tersesat pada sebuah taman yang terindah. Sebuah taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga, dan di dalamnya mengalir sungai yang jernih. Sungai yang bening, dan sebuah perahu layar menyusuri sungai itu, mengalir begitu saja. Perahu layar itu terkadang tetirah sejenak di air yang bening saat lelah kata pemiliknya.
Di tempatku, tetirah memiliki makna yang sangat dalam. Tetirah adalah istirahat ketika hati dan jiwa mengalami kelelahan. Aku berpikir, bagaimana mungkin pemilik taman yang seindah ini mengalami kelelahan. Tetirah adalah menjernihkan hati, membuang kekalutan dan kegelana jiwa, dan memandang jauh ke depan. Karenanya, aku lebih suka mengatakannya tetirah di air yang hening.
Sebuah pertemuan terjadi dengan tidak begitu saja. Banyak cerita yang ingin kudengar, Aku ingin mendengar sejarah perahu layar. Aku ingin mendengar cerita tentang taman yang indah dipenuhi bunga dan sungai bening yang mengalir di dalamnya. Aku ingin mendengar cerita tentang bintang yang kemilau. Aku juga ingin mendengar cerita tentang kebahagiaan kecil yang muncul setiap pagi.
Seribu angan menghilang, ketika kebahagiaan muncul dengan mengejutkan.
Seribu penyesalan muncul, ketika pemilik taman melirik pada jam tangan, waktunya untuk bergegas. Sebuah penyesalan, ketika pertemuan itu hanya diisi dengan omong kosong tentang negara yang carut marut dengan penduduk yang makin kehilangan taman hatinya.

Monday, May 23, 2005

Kuntum dan Mekar

Posted by Hello
Mengapa ada mekar? Karena ada kuntum. Mengapa ada kuntum? Karena ada mekar. Merah ada karena hadirnya hijau. Adanya gelap karena ada terang.
Pada saat aku mengatakan keberadannku, maka aku mengatakan keberadaan orang-orang lain.
Tak ada yang mutlak di dunia ini. Kemutlakan hanyalah milik Yang Esa.
Ketika engkau bersuci, menenangkan hatimu, mencari keesaan Yang Esa, engkau harus menyatu denganNya, tetapi bukan berarti engkau adalah Dia.
Karena itu, manusia tidak boleh mengaku sebagai Aku, karena Aku yang mutlak, hanyalah hak Yang Esa.

Berayun-ayun, pada tangkai yang lemah ....

Posted by Hello
Sebuah kerinduan pada masa kecil sering muncul, tak mengenal waktu dan tempat. Ada yang terasa hilang, ketika kita dewasa. Namun ada lagi yang hilang dan menimbulkan keprihatinan. Anak-anak sekarang sudah tidak lagi mengenal pendidikan budi pekerti lewat lagu-lagu yang indah. Berapa kali dalam sebulan kita mendengar lagu seperti ini?

- pelukismu agung - siapa gerangan?
- pelangi-pelangi - ciptaan Tuhan

Mungkin dalam setahun hanya dua atau tiga kali, atau bahkan tak pernah.....
Nampaknya kita terjebak, ketika melihat modernisasi kehidupan hanya sebagai sebuah peradaban baru, yang dipenuhi oleh makanan instan atau hiburan kosong lewat film kartun. Anak-anak tak lagi kita beri kesempatan untuk berpikir dan berimajinasi. Alam tak lagi sebagai laboratorium raksasa yang tak pernah selesai untuk dieksplorasi.

Menjelang Panen

Posted by Hello


Kerja keras dan berkarya, itulah takdir manusia. Pernahkah kita merenungkan apa yang kita lakukan? Bekerja, meninggalkan rumah setiap pagi hari, dimulai sejak kita mengenal sekolah. Untuk apa? Sekolah, belajar agar menjadi orang yang terpelajar, agar kelak memperoleh pekerjaan yang layak, agar kelak memperoleh penghasilan yang cukup. Pertanyaannya adalah, seberpa cukup?
Seorang ayah bekerja pagi sampai malam, demikian juga bunda? Apa yang kita cari? Bekal untuk anak kita? Bekal seperti apa? Karena, pada saat yang sama, kita telah merampas bekal yang lain yang harusnya milik mereka. Waktu untuk bercanda, waktu untuk mendampingi, waktu untuk mengajarkan etika dan budi pekerti yang baik, semua itu telah kita (para orang tua) habiskan di tempat kerja, hanya karena kita ketakutan tak mampu membekali anak-anak kita dengan bekal duniawi.
Pekerja yang bijak mengatur jadwal waktunya dengan baik, seperti yang dilakukan petani-petani yang "belum modern". Mereka tahu, kapan harus bekerja, kapan harus beraktivitas sosial. Mereka mengikuti jam alam, bukan dalam satuan 24 jam dalam sehari, tetapi dengan aturan yang sangat fleksibel. Ada subuh, ada tengah hari, ada sore hari, ada malam hari. Tak ada satuan yang eksak, karena mereka tak ingin diperbudak oleh waktu.
Menjelang panen, mereka tersenyum, karena telah memberi bekal yang utuh untuk anak-anak mereka

Jika musin bunga tiba

Jika musim bunga tiba ...... Posted by Hello


Menanti musim, daun-daun luruh ke bumi, kemudian semaian kuntum bunga merekah.
Begitulah kehidupan, semua mengalir, berproses sesuai dengan perannya. Hari ini daun yang gugur dan bunga bermekaran. Hanya sesaat, setelah itu, kelopak mulai layu, bergantikan buah.
Begitu saja, mengalir dan lalu. Seringkali, tanpa sempat kita (manusia) rasakan kehadirannya. Dan pada sebuah akhir senja, dengan rasa sedih, kita mengingat-ingat lagi warna-warna yang hadir di pagi hari.
Hidup mengalir seperti air. Kita terombang ambing dalam perahu. Seorang teman menamakannya sebagai Perahu Kertas ........ yang mengalir begitu saja

Saturday, April 02, 2005

Kekawanan

Berapa banyak kawan-kawan di sekitar kita? Jumlahnya sangat bervariasi, tergantung bagaimana kita mendefinisikan kekawanan serta bagaimana penerimaan kita terhadap orang-orang baru di sekitar kita.
Ada orang-orang yang sangat mudah memperoleh kawan-kawan baru, tanpa kehilangan kawan-kawan lama. Orang seperti ini biasanya dianggap sebagai orang yang mudah bergaul.
Ada orang yang memiliki banyak teman, tetapi dalam suasana kekawanan yang terbatas.
Ada orang yang hanya dapat menerima segelintir kawan, tetapi sangat dengan intensitas yang dalam.
Dalam kehidupan bisnis, jumlah kawan yang banyak merupakan keunggulan tersendiri, karena bisnis saat ini tidak dapat dilepaskan dari jaringan pertemanan yang luas. Tetapi, tentu saja bisnis tidak dapat berjalan semata-mata dengan mengandalkan kekawanan. Banyak kasus memberi contoh bisnis yang gagal karena hubungan kekawanan yang terlalu erat, atau sebaliknya, bisnis menyebabkan hubungan kekawanan menjadi rusak.
Di kehidupan sehari-hari, kita membutuhkan teman untuk berbagi. Teman yang akan mendengar keluh kesah serta kegembiraan kita.
Apakah pertemanan memerlukan pertemuan secara fisik? Dunia maya sekarang menjadi begitu populer, kekawanan dapat dengan mudah didapat pada dunia maya. Ruang menjadi tak berbatas. Tetapi, dunia maya saja tidak cukup mampu memenuhi kebutuhan manusia akan pertemanan. Di dunia maya, manusia dapat hidup dengan kebohongan. Seseorang dapat saja mengaku sebagai orang lain. Ekspresi emosi dapat dibuat sedemikian rupa, sehingga dunia maya serupa dengan panggung drama. Masing-masing pelaku sekaligus menjadi penonton bagi yang lain. Di dunia nyata, manusia memiliki instink untuk mengetahui apakah sesuatu merupakan kebenaran ataukah kebohongan. Biasanya hati kita memberi peringatan dengan melihat ekspresi wajah dan, yang paling tak dapat dimanipulasi, adalah ekspresi kejiwaan yang memancar dari wadah fisik (raga) kita. Dunia maya tidak memungkinkan itu.
Kesimpulannya, apabila kita membutuhkan teman yang intens, maka kita perlu bertemu, berkomunikasi langsung, dan kita akan merasakan kekawanan yang sesungguhnya.

Wednesday, February 23, 2005

Nusa Kinasih


Posted by Hello

Kinasih, adalah yang dikasihi. Apabila engkau menjadi juru mudi sebuah perahu, maka, jadikanlah penumpangmu sebagai orang-orang yang selalu dikasihi. Untuk itu, lebih dulu engkau harus menjadikan orang-orang di sekitarmu sebagai orang-orang yang engkau kasihi. Dan untuk memberikan kasih, kita tidak perlu membelinya lebih dulu. Hati yang lapang adalah sumber kasih yang tak bertepi.

Buah Hati

Bunga Pertiwi, bidadariku, seberapa jauh engkau akan melangkahkan kakimu? Semua adalah milikmu. Hanya saja, aku ingin, kelak engkau akan menjadi bunga yang mengharumi pertiwi kita. Apakah aku meminta terlalu banyak? Apakah buah hatiku adalah milikku? Seorang teman pernah berkata, kita tidak hanya berdoa agar buah hati kita menjadi orang yang berbakti, tetapi setidaknya, kita pernah berdoa, agar kita menjadi orang yang berbakti bagi buah hati kita. Menjadi orang tua yang baik, betapa sulitnya itu.
buah hati Bunda Posted by Hello

Friday, February 11, 2005

Kehilangan

Seorang Bunda merasakan betapa repotnya menjaga anak yang masih di bawah 5 tahun, karena sang Anak yang sehat, akan mengeksplorasi lingkungannya sebagai proses belajar yang alami. Setiap hari Bunda mengeluh, tetapi, tentu saja bahagia dan bangga karena Bunda dan Anak saling mengasihi. Mereka diikat dalam hubungan kejiwaan yang sangat kuat.
Ketika Anak mulai mandiri, kerepotan Bunda berkurang, tetapi, apakah Bunda senang? Mungkin tidak. Ada yang hilang ketika sang Anak mulai menemukan dunianya. Ada yang hilang ketika Anak tidak lagi merasa bagian dari kehidupan Bunda. Ada kesepian di hati Bunda.
Ketika Bunda membutuhkan teman untuk berpergian, ketika Bunda membutuhkan teman untuk berbagi kebahagiaan, ketika Bunda membutuhkan teman untuk berbagi kesedihan, sang Anak sudah bukan lagi bagian dari kehidupannya.Sang Anak telah memiliki dunianya sendiri.
Hidup adalah proses kehilangan. Setiap orang ditakdirkan untuk saling bertemu, saling memperoleh, tetapi tentu juga saling kehilangan. Pada saat kehilangan, kita akan bersedih, betapa beratnya hidup ini.
Bencana alam mendatangkan banyak kehilangan, harta benda, sanak saudara, bahkan yang paling menyedihkan, kehilangan harapan hidup. Apa yang kita miliki sebelumnya, menjadi tiada hanya dalam sesaat.
Seorang pengemudi truk berangkat dengan niat mencari nafkah bagi anak istri dalam keadaan sehat, tetapi pagi hari, keluarga di rumah merasakan kehilangan sang pecari nafkah karena kecelakaan.
Betapa dekatnya kehilangan itu dengan diri kita.
Pada saat kehilangan kita menangis, pada saat memperoleh kita (seringkali) lupa untuk menyiapkan diri menghadapi kehilangan.
Pada saat kehilangan, Bunda, dengan sangat sedih berkata, betapa tak adilnya, ketika dahulu engkau kutimang-timang dan kubesarkan, sekarang bahkan engkau tak memandang pada kesedihan yang aku miliki. Kemudian, Bunda, dengan segala kepasrahannya berkata,
“Anakku, jiwaku sakit, karena aku selalu membutuhkanmu untuk mendampingiku, tetapi nampaknya engkau bahkan sedikitpun tak memerlukan aku”.
Sang Anak berkata:
“Bunda, maafkan aku, tetapi aku sangat sibuk. Bukankah kesibukan ini semua juga berasal dari Bunda? Bukankah Bunda yang menginginkan aku untuk sekolah? Bukankah Bunda yang menginginkan aku untuk selalu menjaga nama baik Bunda?”

Hidup adalah kehilangan. Mereka yang tidak pernah menyiapkan diri untuk kehilangan, akan merasakan sakit di jiwanya kemudian tenggelam dalam penderitaan serta keputus-asaan.
Mereka yang menyiapkan diri untuk kehilangan, juga akan merasakan sakit yang sama, tetapi, rasa sakit itu adalah bagian dari pengasahan jiwa yang menjadikannya kuat.

Ketika aku sakit hati, aku menerima rasa sakit itu sebagai bagian dari ujian kehidupanku, dan aku berharap menjadikan aku sebagai orang yang makin kuat. Sakit hati adalah bagian dari pengasahan jiwaku.

Sapardi Djoko Damono menulis kata-kata yang sangat indah untuk memaknai sebuah kehilangan pada hubungan yang penuh kasih:

Aku ingin mencintaimu, dengan sederhana
dengan kata-kata yang tak pernah diucapkan kayu kepada api,
yang menjadikannya abu.

Wednesday, January 26, 2005

Yang Tulus

Kekayaan apakah yang terbesar di kehidupan dunia ini? Uang bukanlah ukuran segalanya. Uang dapat membeli apapun yang kita butuhkan dalam hidup ini, bahkan uang dapat membeli senyuman dan keramah tamahan, tetapi, uang tak pernah dapat membeli salam yang tulus.
Ketika kita menjadi supervisor dari seorang staf, maka pegawai akan menghormati kita, tetapi apabila hormat itu muncul dari sebuah kepura-puraan, maka kita akan merasakan sesuatu yang hilang pada saat tidak lagi menjadi supervisor.
Seorang guru, mungkin memiliki kekayaan terbesar, karena, hampir setiap orang akan mengingat kebaikan yang diberikan oleh sang guru.
Tetapi, kekayaan yang terbesar adalah memiliki keluarga yang berbakti, dan teman-teman yang tulus. Di dalamnya, kita tidak akan pernah merasa kehilangan, sekalipun jarak memisahkan, dan kita telah menjadi pensiunan, yang tak lagi memiliki kekuasaan.
Hari ini mungkin aku merasakan kehilangan, Inilah bagian dari hidup yang harus aku lalui, dan jiwaku akan terasah karenanya.
Setidaknya, hari ini aku mencoba untuk belajar mengenali wajah yang tulus, dan membedakannya dengan senyuman cantik yang dibalut kosmetik tebal.
(Meskipun, aku masih selalu berharap bahwa apa yang aku dapatkan selama ini adalah sebuah ketulusan)

Tuesday, January 18, 2005

Kehilangan Orientasi

Beban yang berat terkadang membuat kita kehilangan percaya diri. Ketika rasa percaya diri hilang, maka kita kehilangan fokus. Konsentrasi terhadap permasalahan yang dihadapi menjadi pecah. Hidup menjadi makin rumit.
Mengapa ini terjadi?
Manusia dikarunia sejumlah sistem alarm yang sangat baik. Sinyal-sinyal dikirim untuk memberikan peringatan akan adanya sesuatu yang tidak semestinya. Ketika menghadapi kenyataan yang sulit, kita merasa tak berdaya. Rasa tak berdaya tersebut menimbulkan kekalutan, karena situasi yang kita hadapi sangat berbeda dengan yang sebelumnya, dan diri kita memberikan peringatan dini, untuk menghindari situasi tersebut. Memaksakan diri untuk menghadapinya hanya menimbulkan ketakutan yang tak berkesudahan dan kita mulai tidak fokus, bahkan sangat mungkin kehilangan orientasi.
Apakah yang harus dilakukan?
Pada saat mulai kehilangan orientasi, berarti waktunya bagi kita untuk meminta pertolongan orang lain. Menghadapi segala sesuatu dengan sendiri, meskipun kita tahu tak akan mampu, adalah tindakan yang tidak bijaksana. Masalahnya adalah apakah kita selalu ingin meminta bantuan?
Mengasah jiwa, melatih diri untuk kuat, meningkatkan ambang batas kemampuan adalah sesuatu yang dapat dilakukan. Mencoba tetap fokus dimulai dari masalah-masalah kecil, dan menyelesaikan masalah-masalah besar, lama kelamaan akan menjadikan jiwa kita kuat.
Kehilangan staff handal di tempat kerja pada saat beban kerja sangat besar mungkin sebuah masalah besar, tetapi mencoba untuk bertahan, adalah cara lain untuk melatih kekuatan jiwa. Meminta pertolongan orang lain pada saat mulai kehilangan orientasi, bukanlah sesuatu hal yang memalukan tetapi tentu saja ada batasnya, karena setiap orang tentu punya permasalahannya sendiri.
Ketika bangsa dilanda bencana, mencoba untuk berteriak dan bangkit dengan kekuatan sendiri adalah sebuah cara untuk menguatkan jiwa. Tetapi, ketika menyadari kapasitas yang dimiliki tidak sebanding dengan masalah yang dihadapi, dan kita tidak meminta pertolongan, maka itu bukan sebuah keputusan yang bijaksana.

Thursday, January 06, 2005

Jiwa Yang (tak pernah) Resah

Setiap kita, pasti pernah merasakan kegelisahan, keresahan. kegalauan, apapun istilahnya, intinya adalah rasa tak nyaman yang membuat dada terasa penuh sesak. Seorang teman menulis di blognya tentang kegelisahan yang membuat dia tidak fokus. Kegelisahan, rasa yang selalu datang dengan tiba-tiba, tanpa diharapkan.
Mengapa kegelisahan muncul? Mengapa jiwa menjadi resah? Mengapa hidup harus melalui situasi-situasi yang tidak menyenangkan?
Kegelisahan adalah instink mahluk hidup, yang menyatakan adanya sesuatu yang tidak sesuai dengan yang semestinya, entah itu baik ataupun buruk. Hewan-hewan gelisah ketika bencana alam akan datang, dan kegelisahan tersebut mendorong migrasi hewan secara besar-besaran. Ribuan burung berwarna putih terbang beberapa saat sebelum bencana alam, mereka menyelamatkan diri.
Kegelisahan muncul dari jiwa-jiwa yang terasah. Jiwa yang dapat merasakan "sakitnya" mahluk lain. Jiwa yang dapat mendengarkan dalam kesenyapan. Jiwa yang dapat melihat dalam kegelapan. Jiwa yang belum dipenuhi dengan keserakahan. Kegelisahan akan mendorong manusia untuk mengenangkan Sang Pencipta, dan mengadahkan tangan untuk, paling tidak, memohon ampun atas segala kesalahan yang telah diperbuat.
Kegelisahan akan menghasilkan ketakutan apabila muncul dari jiwa yang kosong, jiwa yang tidak pernah mendengar suara hatinya atau jiwa yang hanya memikirkan kenikmatan sesaat.
Ribuan jiwa menjadi resah karena bencana alam, ribuan hati menangis, tapi apakah kita pernah merasakan kegelisahan itu?
Seorang budayawan menulis dialog imajiner dengan Kyai Sudrun, dan memprotes, mengapa bencana harus diturunkan di tempat orang-orang yang beribadah dengan khusuk, bukan di tengah keserakahan yang tak berhenti. Kyai Sudrun bertutur, "Tuhan memberkati mereka yang menjadi korban, dengan menyelamatkan mereka ke kehidupan kekal yang indah." Apakah ini berarti, kita yang tersisa, adalah manusia yang dimurkai Sang Pencipta? Diberkati usia yang lebih, agar, setidaknya, pernah berdoa untuk mohon ampun, dan sedikit janji untuk tidak mengulangi kenistaan yang selama ini diperbuat.
Tetapi, kenyataan hidup selalu bicara lain. Diberbagai tempat manusia hiruk pikuk memberikan bantuan, dengan pemberitaan yang mencolok. Nothing to loss atau nothing tu - lus. Karena kita hanya memiliki jiwa yang takut, bukan jiwa yang gelisah. Karena kita tak pernah mengasah jiwa. Karena kita belum mampu melihat dalam kegelapan, mendengar dalam kesenyapan, dan merasakan dalam ketiadaan.
Tuhan, berkatilah kami, berikanlah sedikit kepekaan pada kami, jadikanlah kami dengan jiwa yang dipenuhi kegelisahan bukan ketakutan.