Monday, May 23, 2011

Berbuat Besar

Ada sebuah monolog menarik dari seoang seniman yang saya lupa namanya. Sambil bermain gitar ia bercerita tentang diskusinya dengan salah seorang sahabat tentang perbuatan besar dari orang-orang besar.
Ada orang-orang besar yg telah berbuat besar kepada negaranya, mereka adalah orang-orang yang diberi kesempatan untuk perbuatan yang besar. Soekarno telah berbuat besar untuk membakar semangat kemerdekaan. Ada RA Kartini, yang telah berbuat besar dengan memberi pencerahan luar biasa akan pentingnya pendidikan bagi kaum wanita. Ada Ki Hadjar Dewantara, yang berbuat besar bagi pendidikan bangsa melalui pendirian Taman Siswa. Ada sederet nama lain. Lantas, bagaimana orang-orang kecil yang tertindas dan tidak memiliki kesempatan dapat bermanfaat bagi masyarakat?

Seniman ini sambil tetap bernyanyi menjawab:
“Tak perlu berkecil hati, karena tidaklah Yang Maha Kuasa menciptakan manusia hanya untuk kesia-siaan. Kita bisa berbuat, dari yang mungkin paling kecil yang dilihat orang, tetapi luar biasa besar nilainya. Setidaknya kita bisa berkata jujur dan mengajarkan tentang kejujuran...”

Pertanyaan yang tersisa pada saya adalah apakah artinya berbuat besar? Memimpin negara, memimpin perusahaan besar, memberikan kontribusi pada kekayaan negara? Cukupkah itu?
Beberapa tahun yang lalu saya pernah memiliki pengalaman luar biasa dengan seorang perempuan tua (mungkin di atas 70 tahun), yang berjualan rokok dan korek api di sebuah pinggiran jalan. Ibu ini, dengan sebuah kotak kayu kusam, hanya membawa tak lebih dari 10 bungkus rokok dan beberapa korek api (ditambah cahaya malam yang gelap menjadikan suasan yang makin muram). Dengan rasa iba, saya membeli sebuah korek api seharga seratus rupiah dan memberinya uang seribu rupiah dan agar uang kembalian disimpan saja untuknya. Niat saya memang ingin memberinya sesuatu. Apa yang terjadi sungguh diluar dugaan saya. Si Ibu tampak tak senang dan mengatakan dirinya berjualan bukan pengemis. Saya terenyuh dan menyadari betapa angkuhnya diri saya.
Inilah perbuatan besar. Menjaga harga diri. Menjaga kehormatan. Menjaga agar tangan kita tidak tengadah memohon balas kasihan orang lain. Inilah kejujuran hati nurani, ketika seseorang tidak menghiba-hiba dengan menjual perasaan sedih yang dihadapinya.