Tuesday, March 25, 2014

Di Restoran

Kita berdua saja, duduk. Aku memesan
ilalang panjang dan bunga rumput -
kau entah memesan apa. Aku memesan
batu di tengah sungai terjal yang deras -

kau entah memesan apa. Tapi kita berdua
saja, duduk. Aku memesan rasa sakit
yang tak putus dan nyaring lengkingnya,
memesan rapa lapar yang asing itu

[SDD  di restoran]

Wednesday, March 19, 2014

Lagi, Tentang Gie

Gie, menulis puisi-puisi yang sentimentil, seperti ada kesepian, seperti ada sesuatu yang mengusik pikiran, tetapi tak bisa dia sampaikan.  Berikut ini satu puisi lain dari Gie.
Kesepian, mungkin memang membuat orang menjadi sentimentil, dan saat itu, seseorang akan teringat pada orang-orang yang pernah dekat ["kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku"]. Gie menggunakan kata "pernah".  Rasanya dia memang menunggu,  berharap, seseorang yang dulu selalu menghampirinya  untuk kembali datang, bukan sekedar lalu, dan hanya menyisakan kelebat.


ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku

bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi

ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra

tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu


mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa

Monday, March 17, 2014

Gie

Hok Gie, tokoh muda yang aku kagumi, meski aku mengenalnya jauh setelah kepergiannya. Aku  membaca tentang Gie pertama kali tahun 83 saat SMA, saat buku hariannya diterbitkan dengan judul "Catatan Harian Seroang Demonstran".  Ada satu puisi yang ditulisnya, menarik sekali. Tiba-tiba aku teringat kembali puisi itu dan mencoba mencarinya. Aku tulis di blog ini. Judulnya "sebuah tanya", . Mungkin pertanyaan bagi dirinya sendiri.

Sebuah Tanya

“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”


(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)


“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”


(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)

“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”


(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)

“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”


Selasa, 1 April 1969

Friday, March 07, 2014

Ada Lagu

"Ada lagu, ada lagu", katamu
"Dimanakah?"
Di dalam waktu saat kubawakan kau secangkir susu. Ini Chopin dan Bach.
"Tidak, terima kasih, aku rindukan hujan dan sepotong mendoan".

Yang belum aku selesaikan

"Ini maret", kata suara
"Ya, kepada siapa aku berkata?"
"kepadaku"
"Lalu kenapa dengan Maret?"
"Mengingatkanmu pada sebait yang dulu belum selesai kau tulis"
Baiklah, ini Maret, mari menyambut  terang

Apa kabar?

Lebih dua belas kali telah disobeknya kalender, dan selama itu pula dia tak lagi menerima kata-kata. Kemudian pada suatu pagi yang hujan tak jadi turun, diambilnya kuas. Pada selembar kertas, ditulisnya dengan hati-hati dan penuh kasih
"Apa kabar...?"
Kerta itu dilipatnya hati hati dan penuh kasih pula, disimpan di ruang hatinya

Pada titik yang sama

tadi pagi saat gelap dipandanginya timur dan diapun mendapatkan terang.
sore ini saat terang dipandangainya barat dan dijumpainya gelap
"matahariku",  didesahkannya nafas panjang