Saturday, February 10, 2007

Tentang Kesepian

Hari ini sekali lagi seorang teman berkata, bahwa dirinya baru saja merasakan kehilangan. Perasaannya menjadi sangat sensitif.
Ah, mengapa selalu seperti ini? Siapapun pernah kehilangan. Siapapun pernah merasakan sangat sensitif. Kadang kita merasakan kesendirian, yang sangat membuat kita sedih. Rasa tersingkirkan. Perasaan telah menjadi orang yang kalah. Perasaan menjadi orang yang tak berguna.
Akan selalu begitu, selama manusia punya perasaan, cerita seperti ini tak akan pernah hilang. Pada tingkat kehidupan seperti saat ini, ketika hidup manusia sudah tidak lagi sekedar mempertahankan hidup dan kelangsungan generasi, maka yang bicara adalah kebutuhan hati. Maslow mungkin benar ketika menyajikan teori hirarki kebutuhan, tetapi teori itu harus dipahami dalam konteks yang sangat luas. Basic need muncul ketika kehidupan manusia masih dalam tataran mempertahankan generasinya. Ketika manusia berburu hanya untuk makan. Tetapi, pada saat itupun sebenarnya manusia telah berpikir tentang status sosial, siapa yang terkuat, siapa yang menjadi pemimpin, siapa yang boleh menikmati fasilitas yang lebih dibandingkan anggota kelompok. Bahkan pada tataran kehidupan yang lebih rendah lagi, kelompok hewan, merekapun mengenal status sosial. Pada kelompok unggas, pejantan yang memiliki warna bulu terbaik, penjantan yang memenangkan pertarungan dengan pejantan lainnya, pejantan yang mampu membangun sangkar lebih baik dari lainnya berhak untuk memperoleh induk yang paling subur. Semua ini adalah cerita tentang naluri untuk mempertahankan kelangsungan generasi. Yang terbaik, yang terkuat akan bertahan. Bibit yang lemah akan tersingkir.
Arti dari semua ini adalah, kebutuhan sosial tak akan hilang dari kehidupan karena merupakan salah satu naluri mahkluk hidup untuk mempertahankan generasinya. Selama kebutuhan sosial itu ada, maka rasa kalah, kesepian, tersingkirkan dan sebagainya akan selalu ada. Menjadi pihak yang kalah, kesepian, tersingkirkan adalah sebuah keniscayaan, karena itu adalah hukum alam. Masalahnya adalah bagaimana kita mengubah setiap perasaan tidak nyaman tersebut menjadi cambuk untuk memperbaiki diri.

(Untuk seorang teman, yang kali ini sedang bersedih dan merasa sangat sensitif)