Monday, May 23, 2005

Kuntum dan Mekar

Posted by Hello
Mengapa ada mekar? Karena ada kuntum. Mengapa ada kuntum? Karena ada mekar. Merah ada karena hadirnya hijau. Adanya gelap karena ada terang.
Pada saat aku mengatakan keberadannku, maka aku mengatakan keberadaan orang-orang lain.
Tak ada yang mutlak di dunia ini. Kemutlakan hanyalah milik Yang Esa.
Ketika engkau bersuci, menenangkan hatimu, mencari keesaan Yang Esa, engkau harus menyatu denganNya, tetapi bukan berarti engkau adalah Dia.
Karena itu, manusia tidak boleh mengaku sebagai Aku, karena Aku yang mutlak, hanyalah hak Yang Esa.

Berayun-ayun, pada tangkai yang lemah ....

Posted by Hello
Sebuah kerinduan pada masa kecil sering muncul, tak mengenal waktu dan tempat. Ada yang terasa hilang, ketika kita dewasa. Namun ada lagi yang hilang dan menimbulkan keprihatinan. Anak-anak sekarang sudah tidak lagi mengenal pendidikan budi pekerti lewat lagu-lagu yang indah. Berapa kali dalam sebulan kita mendengar lagu seperti ini?

- pelukismu agung - siapa gerangan?
- pelangi-pelangi - ciptaan Tuhan

Mungkin dalam setahun hanya dua atau tiga kali, atau bahkan tak pernah.....
Nampaknya kita terjebak, ketika melihat modernisasi kehidupan hanya sebagai sebuah peradaban baru, yang dipenuhi oleh makanan instan atau hiburan kosong lewat film kartun. Anak-anak tak lagi kita beri kesempatan untuk berpikir dan berimajinasi. Alam tak lagi sebagai laboratorium raksasa yang tak pernah selesai untuk dieksplorasi.

Menjelang Panen

Posted by Hello


Kerja keras dan berkarya, itulah takdir manusia. Pernahkah kita merenungkan apa yang kita lakukan? Bekerja, meninggalkan rumah setiap pagi hari, dimulai sejak kita mengenal sekolah. Untuk apa? Sekolah, belajar agar menjadi orang yang terpelajar, agar kelak memperoleh pekerjaan yang layak, agar kelak memperoleh penghasilan yang cukup. Pertanyaannya adalah, seberpa cukup?
Seorang ayah bekerja pagi sampai malam, demikian juga bunda? Apa yang kita cari? Bekal untuk anak kita? Bekal seperti apa? Karena, pada saat yang sama, kita telah merampas bekal yang lain yang harusnya milik mereka. Waktu untuk bercanda, waktu untuk mendampingi, waktu untuk mengajarkan etika dan budi pekerti yang baik, semua itu telah kita (para orang tua) habiskan di tempat kerja, hanya karena kita ketakutan tak mampu membekali anak-anak kita dengan bekal duniawi.
Pekerja yang bijak mengatur jadwal waktunya dengan baik, seperti yang dilakukan petani-petani yang "belum modern". Mereka tahu, kapan harus bekerja, kapan harus beraktivitas sosial. Mereka mengikuti jam alam, bukan dalam satuan 24 jam dalam sehari, tetapi dengan aturan yang sangat fleksibel. Ada subuh, ada tengah hari, ada sore hari, ada malam hari. Tak ada satuan yang eksak, karena mereka tak ingin diperbudak oleh waktu.
Menjelang panen, mereka tersenyum, karena telah memberi bekal yang utuh untuk anak-anak mereka

Jika musin bunga tiba

Jika musim bunga tiba ...... Posted by Hello


Menanti musim, daun-daun luruh ke bumi, kemudian semaian kuntum bunga merekah.
Begitulah kehidupan, semua mengalir, berproses sesuai dengan perannya. Hari ini daun yang gugur dan bunga bermekaran. Hanya sesaat, setelah itu, kelopak mulai layu, bergantikan buah.
Begitu saja, mengalir dan lalu. Seringkali, tanpa sempat kita (manusia) rasakan kehadirannya. Dan pada sebuah akhir senja, dengan rasa sedih, kita mengingat-ingat lagi warna-warna yang hadir di pagi hari.
Hidup mengalir seperti air. Kita terombang ambing dalam perahu. Seorang teman menamakannya sebagai Perahu Kertas ........ yang mengalir begitu saja