Friday, March 30, 2007

Stiglitz

Apakah yang ada dalam pikiran Joseph Stiglitz ketika mengatakan bahwa globalisasi tidak berpihak pada kaum miskin? Laporan Bank Dunia menunjukkan, tahun 1990 jumlah penduduk dunia yang hidup hanya dengan uang di bawah $2 per hari sebanyak 2,718 milyar orang dan bertambah menjadi 2,801 milyar orang pada tahun 1998. Angka ini menunjukkan dengan jelas bahwa tata ekonomi kapitalis yang saat ini diagungkan sebagai penyelesaian masalah kesejateraan dengan selogan tentang efisiensi dan efektivitas sebuah pasar yang bebas tidaklah menyelesaikan masalah distribusi pendapatan.
Kalau kita ingin sedikit matematis dan sedikit berupaya mencari data, kita dapat menghitung persentase jumlah penduduk Indonesia yang menikmati 20% pendapatan. Saya akan meletakkan taruhan saya pada angka di bawah 20% [koreksi: harusnya di atas 80% , Mei 2007]. Artinya, 80% penduduk hanya menikmati 20% dari kue yang ada. Bagaimana kelompok ini dapat bangkit dan bersaing? Bagaimana industri kecil dapat hidup kalau daya beli masyarakat kecil?
Saya ingin mengutip Stiglitz:
"Apa yang dibutuhkan adalah kebijakan-kebijakan untuk pertumbuhan yang terus menerus, merata, dan demokratis. Inilah alasan adanya pembangunan. Pembangunan bukan hanya membantu beberapa orang menjadi kaya atau menciptakan banyak industri tak bermanfaat yang dilindungi yang hanya menguntungkan kalangan elit di negara tersebut. Pembangunan bukanlah membawa masuk Prada dan Benetton, Ralph Lauren, atau Louis Vuitton untuk masyarakat kota yang kaya dan membiarkan kaum miskin di pedesaan tetap dalam penderitaan. Bisa membeli tas Gucci di sebuah tempat belanja di Moskow bukan berarti bahwa negara itu telah menjadi suatu ekonomi pasar. Pembangunan adalah tentang bagaimana mentransformasi masyarakat, meningkatkan kehidupan kaum miskin, membantu setiap orang untuk memiliki kesempatan agar berhasil, dan akses pelayanan kesehatan dan pendidikan ......”
Stiglitz sangat benar, dan kita mungkin hanya terperangah ketika melihat keserakahan kita untuk menjadi konsumen barang-barang berkelas dan mahal. Kita menjadi bingung ketika seorang pejabat negara menyimpan uang di dalam ember di kamar mandi. Kita menjadi sedih, ketika melihat anak-anak yang terpinggirkan tanpa kesempatan untuk mewujudkan masa depannya.
Dan akhirnya kita menjadi bingung harus dimulai dari mana.

Friday, March 02, 2007

Kupu-kupu pagi

Ada yang mengingatkan tentang keindahan kupu-kupu, bila kita cukup beruntung, maka kita akan melihatnya di suatu pagi. Pagi ini aku sangat beruntung, karena bukan hanya melihatnya, tetapi juga sempat mengambil beberapa foto. Kalaupun ada sedikit kurang beruntung, peristiwa ini terjadi justru ketika lensa-lensa kesayangan sedang dibersihkan. Dengan kamera digital seadanya, foto ini diambil.
Keindahan seringkali memang terabaikan begitu saja.